Senin, 28 April 2014

UPACARA / UPAKARA PITRA YADNYA


DISELENGGARAKAN OLEH 
IDA PANDITA NABE SHRI BHAGAWAN DWIJA PUTRA YOGA WISWA
GRYA TAMAN HYANG KORI ASHRAM
Jalan Gunung Batur No 9 Singaraja Hp;08123968678

 PENDAFTARAN DIMULAI TANGGAL : 1 MEI 2014 SAMPAI DENGAN 10 JULI 2014
RENCANA NEGEM DEWASA PENGABENAN : TANGGAL   20  JULI 2014
RENCANA PENGABENAN :TANGGAL 29 JULI 2014
RENCANA PENYEKAHAN : TANGGAL 29 JULI 2014
RENCANA METATAH MASAL : TANGGAL 30 JULI 2014
RENCANA ME AJAR - AJAR : TANGGAL  31 JULI /2014
                              RENCANA MEPAINGKUP : TANGGAL  2 AGUSTUS 2014    







TATA CARA PELAKSANAAN
UPACARA PENGABENAN MEWANGUN
SAWA  KARESIAN

Setelah mengadakan pembicaraan dengan Pandita yang muput, dilaksanakanlah Upacara Mejauman, Yaitu memastikan / membulatkan tekad untuk membangun yadnya serta mengatur susunan acara.
Apa yang dihaturkan kepada Ida Pandita oleh Sang Yajamana ketika mejauman, lihat daftar terlampir.  Setelah itu Pandita memberikan tirtha Jauman untuk disiratkan di sengker area piyadnyan, dimana disetiap sudut ditancapkan sanggah cucuk yang diisi banten tegteg daksina, peras ajuman. 
Sejak saat itu preti sentana mulai ngewangun beberatan. Biasanya pada hari yang sama bangunan bangsal tempat upacara sudah selesai diplaspas. 
Kekuatan tirtha jauman ini hanya 12 hari.  Setelah itu agar segera dicabut /praline agar tidak “ Ngeraranin “

1. MAPIUNING : di Sanggah Pamerajan, Kawitan dan
    Kahyangan Tiga,  serta Pura Lainnya yang dianggap perlu.

2. NGULAPIN di Pura Dalem Dan  MUNGKAH  di Setra
    Dengan Cara sebagai Berikut :
o   Membawa Sekah Jemek / Kampuh ke Pura Dalem
o   Mapiuning , terus ke Kuburan
o   Diatas kuburan diletakkan pengawak dan banten Pengendag Yaitu ; dakksina, peras, penyeneng, suci, nasi punjung, segehan dan tetabuhan, lalu dihaturkan kepada Sedahan Setra.
o   Keplugin gegumuk dengan papah nyuh gading ( simbul tangan Betara Brahma ) lalu pengawak di “ Kedetin “ dengan benang jinah satakan dan ditaruh di sekah jemek.
o   Sekah Jemek disangkol, berdiri, mundur tiga langkah, meprasaya 3 x , lalu berjalan kerumah / tempat upacara.

3. MESEH LAWANG ( meseh = berganti, lawang = pintu )
 dilaksanakan bila Sang Lina sejak kelahirannya cacat tubuh / mental, atau mati salah pati, atau mati ngulah pati, dilaksanakan di perempatan jalan dekat rumah, dengan urutan upacara sebagai berikut
o   Mereresik
o   Mapiuning ring Sang Hyang Catur Loka Pala
o   Mecaru
o   Mabeyakala dan Maprayascita
o   Malukat
o   Natab banten meseh lawang
o   Sembahyangkan Sang Atma keempat penjuru angina diiringi preti sentana, metirtha, mebija, Selanjutnya meprasawiya mengelilingi area upacara tiga putaran, lalu menginjak banten meseh lawang, terus mungkah lawang.
o   Mungkah lawang yang terbuat dari 2 buah kelabang dipintu masuk yang diapit Sanggah Cucuk sekali gus mapepegat dengan benang tridatu yang diikat di carang dapdap, terus keluar melalui sela – sela Sanggah Cucuk ( Jadi ada tiga Sanggah Cucuk )
o   Lalu mapegat dengan benang tridatu yang diikat di carang dapdap
o   Kembali kerumah lalu Sekah Jemek dilinggihkan di Bale Sawa. Dan diberi panyembrama / pisuguh ( bila perlu ada banten pengulapan

4. MELASPAS ; Piranti – piranti yang dipakai mebersih,
 Kajang, Tumpang Salu, Damar kurung dll

5. MEBERSIH ;
o   Pengawak dipisahkan dengan Sekah Jemek, Sekah Jemek tetap berada di Bale Sawa, sedangkan Pengawak diturunkan ke Pepaga atau Bale Pesiraman yang kakinya dibuat dari batang dapdap dan diatasnya diberi leluhur.  Agar tidak tertukar, maka bila pengabenan missal, masing – masing Sekah Jemek dan Pengawak diberi nomor urut dan nama Sang Lina.  Linggih Sekah Jemek menurut Ulu – Teben , yang sesuuai dengan usia dan lelintih.
o   Mareresik
o   Mabeakala : margiang lis, pereresik, sapsap antuk lalang  ( symbol tatakan tirtha kamandalu ), lidi ( symbol jeriji Betara Brahma ) , sambuk mejepit ( symbol rambut Betara Brahma ), banten beyakala agar metatakan sidi ( agar bea terhadap kala tembus ke pertiwi )
o   Maprayascita
o   Masiram
o   Magentos Pengangge
o   Maaled don biu kaikik
o   Mapasang buku – buku kwangen, peringkesan ( solasan ) dan pengerekaan.
o   Malelet
o   Munggah ke tumpang salu, tangan wargi yang bekas mengambil sawa agar dicuci dengan air daun asam yang hangat.
o   Diberi pelengkungan, rurub kajang ( satu set untuk setiap sawa ) dan kereb sinom
o   Katurang punjung
o   Pemuspaan

6. MADEENG / MANAH TOYA
            Membawa Tiga Sampir, Pelangkiran, Sangku, Panah
o   Mareresik
o   Mapiuning
o   Manah Toya

7. MAMENDAK
o   Pandita ngarga tirtha
o   Pandita membuat tirtha – tirtha dengan bahan toya yang dipanah tadi , antara lain tirtha Pelukatan, Pebersihan, Pedudusan, Panca Tirtha, Beakala, Durmrnggala, Pungun – pungun.
o   Mapedudusan mulai dari : Surya , Lebuh , Bale Sawa dan Prati sentana
o   Mapiuning; para pengayah ngayabang banten di Surya, Lebuh dan Bale Sawa.
o   Nguningang ayaban, Suci, Sekar taman, Pulagembal, Bebangkit
o   Pamuktian Dewa
o   Ayaban Sor ( gelar sanga)
o   Ambil Sekah Jemek dan masing – masing rurub kajang, digendong oleh preti sentana berjejer didepan Bale Sawe, lalu muspa kearah timur, selatan, barat, utara dan tengah
o   Maprasawiya berkeliling Bale Sawa diiringi dengan tarian ( Wisnu ) , Kidung ( Brahma ) , atau diam ( Siwa ),  Urut – urutannya ; Rurub Kajang didepan, meulap – ulap, lalau dibelakangnya Sekah Jemek.
o   Rurub Kajang munggah ke Bale Sawa, Sedangkan Sekah Jemek ; merajah, mepetik, mekarowista, mapesolsolan dan mapedudusan.

8. MATAPAK ;
            Pandita berputar kearah barat lalu berhadapan dengan
            Sekah Jemek untuk ditapak:
o   Ambil Padma Angelayang
o   Astra Mudra, Sekah Jemek diperciki Tirtha dan diberi Bija
o   Mantram untuk sawa laki : OM AKASA BYOMA SIWA TATWA YA NAMAH. , untuk sawa wanita : OM PRETIWI PRABAWATI DEWI TATWA YA NAMAH.
o   Padma Angelayang dilipat dan diselipkan di Sekah Jemek.

9. MAPERAS :
o   Sekah Jemek dari Sawa yang belum bercucu langsung malinggih di Bale Sawa
o   Sekah Jemek yang bercucu / berkumpi dst ; Tetap digendong untuk menerima kwangen pamerasan dari para cucu / cicit.  Caranya ; perahu dari kloping nyuh gading dilayarkan diatas pane yang berisi air laut dicampur air danau, didorong dengan kwangen oleh para cucu / cicit; kwangen itu lalu diselipkan di Sekah Jemek.
o   Mapepegat
o   Setelah itu Sekah Jemek ditempatkan lagi di Bale Sawa

10. NGASKARA, NARPANA DAN NGENJIT DAMAR KURUNG
            Ngaskara artinya mawinten bagi Sang Lina, yaitu
disucikan dahulu sebelum meningkat keacara selanjutnya Narpana artinya menghaturkan makanan / rayunan kepada Sang Lina
o   Pandita Mamuja : Kawitan, Tribuwana, Brahma, Prajapati, Catur Dewi, Bethari Durga dan Bethara Kabeh.
o   Selama Pandita mapuja dibacakan “ Putru Tarpana “, atau pitutur kepada Sang Atma
o   Nganteb ayaban : Suci, Pengulapan, Sorohan, Sekar Taman, Pulegembal, Bebangkit, Tetukon, Panjang ilang, diuskamaligi dan banten teben.
o   Pembuktian Pitra
o   Pemuspaan oleh Preti Sentana
§  Muspa Puyung
§  Bunga putih ke Surya
§  Bunga Merah ke Brahma, Mrajapati, Dewi Durga
§  Bunga warna – warni ke Batara Kawitan
§  Kwangen ke Sawa ( sikap tangan dihulu hati ) Setelah ini kwangen dikumpulkan di bale sawa
§  Muspa Puyung
§  Matirtha dan Mabija.

11. MANAH TIRTHA
o   Pandita membuat tirtha – tirtha : Pelukatan,Pebersihan, Penembak, Pengentas, Pemralina, Bumi Sudha, Meras Margi, Caru Tedun Sawa, Tirtha Penyeeb, Tirtha Ngereka, Tirtha Nganyut, Tirtha Ngulapin ( yang akan dipakai besok pada hari pengutangan
o   Setelah itu semua tirtha ditempatkan didepan pemujaan lalu panah dipentangkan kearah sawa.  Bunga yang terlempar dari panah dimasukkan kedalam sangku tirtha penembak

12. HARI PENGUTANGAN
o   Melaspas Wadah, Petulangan dan Bale Gumi
o   Macaru didepan Bale Sawa
o   Nanginin Sawa dengan Kidung
o   Baris Gede ( Utusan Sang Dora Kala, Maha Kala ) masolah membawa Caluk Sudamala
o   Nedunang Sawa ( Pengawak )
o   Menaikkan Sawa dan Rurub Kajang ke Wadah
o   Sekah Jemek di gendong, tumpang salu dibawa paling depan
o   Wadah maprasawiya didepan rumah, disetiap perempatan jalan, dan di Pamuunan
o   Macaru didepan Pamuunan
o   Masukkan galih kedalam Petulangan
o   Nedunang Sawa sambil melepaskan itik – itik satu per satu,sawa masukkan kedalam Petulangan, dengan susunan yang paling muda usianya dibawah, lanang istri dan yang sudah mawinten petulangannya lain
o   Ngemargiang Tirtha – tirtha dengan urutan sebagai berikut: Pelukatan, Pebersihan, Penembak, Pangentas, Piuning – piuning Paibon, Merajan, Kawitan, Kahyangan Tiga, dan Siwa Raditya
o   Preti Sentana Nyumbah
o   Sekah Jemek di taruh dibawah petulangan setelah payasan emas di cabut
o   Ngeseng dengan api Pralina dari Pandita
o   Setelah Sawa terbakar habis, lalu nyeeb api dengan Tirtha Penyeeb dari Pandita
o   Nyepit adeng, pertama diambil adeng tulang diteben 3 x , ditengah 3 x , dan di hulu 3 x
o   Arang ditaruh di cubek, lalu diuyeg dengan tebu cemeng, ( pinaka tulang Bathari Durgha ) . Sisa – sisa tulang yang lain dibungkus kain putih, nanti dihanyut di segara
o   Ngereka abu, masang buku – buku
o   Mabeakaon, maprayascita, siramin toya kelungah
o   Abu dimasukkan ke kelungah, dihias, lalu digendong oleh Preti sentana
o   Ngayab Banten Pekiriman dan Narpana diantar oleh Pandita
o   Pamuspaan ( maktiang Pitra, posisi tangan diatas kepala ), matirtha, mabija, parama santih, lalu Preti sentana yang menggendong abu bangun berjalan mundur 3 langkah ( Utpti, Stiti, Pralina )
o   Mapurwa Daksina mengelilingi Pamuunan dan Sanggar Surya 3 x  sambil menari dan makidung diiringi gamelan, terus menuju ke segara untuk nganyut
o   Di Segara :Mapiuning kepada Ida Bathara Baruna, Nganyut, Ngulapin dengan rantasan putih kuning ( setiap sawa satu rantasan )
o   Kembali ke rumah / tempat upacara. Ketika Sawa berangkat tadi Pandita segera mecaru Resi Gana. Sebelum mrelina caru, agar caru ditutup kain putih, lalu Pandita mapengalang – alang
o   Menghaturkan banten Pangerorasan di bale Sawa dan Preti sentana dan sarana yang dipakai Pitra Yadnya di Prayascita

Sampai disini upacara Pengabenan tahap pertama selesai. Pengabenan dilaksanakan sebagai upaya mensucikan atma atau roh . Setelah meninggal dunia jasad dibakar dengan dua jenis agni yaitu agni sekala adalah api, dan agni niskala adalah cita agni yang berasal dari puja Ida Pandita.
Tujuan membakar  jasad adalah untuk melepaskan bungkusan atma yang paling luar, yang dinamakan Panca Maha Buta, yaitu badan manusia yang terdiri dari
1. Bagian – bagian tubuh yang padat ( daging dan tulang dikem
    balikan ke Pertiwi / Tanah ),
2. Bagian – bagian tubuh yang cair ; darah dan cairan lainnya
    dikembalikan ke Apah / air,
3. Bagian –bagian tubuh yang bersuhu panas, mata dan rongga
    badan dibagian dalam dikembalikan ke Teja / api,
4 Bagian – bagian tubuh yang ber angina, nafas dan angina di
    rongga badan dikembalikan ke Bayu / Udara, dan
5. Bagian – bagian tubuh yang halus, rambut, syaraf dan kuku
   dikembalikan ke Akasa / ether. 
  Jelaslah kiranya bahwa upacara pengabenan harus dilakukan dengan membakar, sebab jika tidak dibakar unsure – unsure Panca Mahabuta tidak segera kembali keasalnya. Tahap berikutnya setelah Ngaben adalah Upcara Nyekah, yaitu melepaskan bungkusan atma yang kedua.


13. NYEKAH
            Dinamakan juga Ngeroras ( roars; ro = dua , ras = las = pisah kedua kalinya ) . Sekah asal kata sekar = bunga, karena Sang Atma di bhiseka dengan nama – nama bunga
o   Ketika datang dari Segara, rantasan mapegat sot, Pegat sot = putus saud atur dari sang Pitra terhadap Preti sentana dan sebaliknya. Caranya ; Pandita memasupati dupa, lalu tiap tiap penyunggi rantasan membawa benang putih sepanjang 15 cm, benang itu dipentangkan dengan kedua tangan penyunggi, lalu Pandita memutuskan benang di tengah tengah dengan menyulutkan dupa. Benang putus yang ada ditangan kiri dibuang, yang ada ditangan kanan diselipkan dirantasan.
o   Rantasan ditempatkan di Bale Sekah di Piyadnyan
o   Pandita mengumumkan pelaksanaan upacara metiga bulanan dan metatah bagi preti sentana yang belum melaksanakan, agar atma Sang Pitara dapat ke Sorga dengan mulus. Bagi yang sudah ditinggal ayah / ibu agar ngadegang dengan rantasan guna melaksanakan penyumbahan; caranya preti sentana dikelompok – kelompokkan, yang ditinggal ayah / ibu, yang ditinggal ayah saja, yang ditinggal ibu saja, dan yang ayah ibu masih ada. Ini untuk memudahkan ngadegang Sang Pitara dan penyumbahan, serta pawisik yang diucapkan oleh Pandita.
o   Ngangget Don Bingin ; Ambil kain putih secukupnya untuk menampung daun beringin agar tidak jatuh ketanah. Sesudah itu mepiuning ring Ida Bagawan Salukat untuk mohon don bingin, don bingin di Pasupati oleh Pandita sambil mapurwa Daksina keliling Piyadnyan, ambil don bingin yang melingeb 5 lembar untuk diselipkan dibelakang prerai sekah lanang, lalu 5 lembar do bingin yang nungkayak untuk diselipkan dibelakang prerai sekah istri. Ini dilakukan karena sekah sudah berisi don bingin 66 lembar. Don bingin sebagai jejaton / jimat bagi Sang Atma
o   Sekah yang banyaknya sama dengan banyaknya Sawa ditambah dengan Sekah Sangga lanang istri, dipelaspas oleh Pandita, sekah jangan lagi diberi nama seperti ketika masih hidup, pakai nama – nama kayu utama bagi yang lanang, dan bunga – bungaan untuk yang istri, atau diberi nomor saja
o   Memendak; sekah sebelumnya masih kosong, untuk itu dilakukan pamendak oleh preti sentana diantar oleh Pandita dengan Puja Sapta Ongkara Atma, Setelah itu sekah ( sebagai simbul atma) disatukan dengan rantasan ( sebagai symbol badan halus ). Sekah sangge untuk menampung Atma lain yang ingin ikut upacara ( tidak mempunyai rantasan )
o   Muspaang Sekah keempat penjuru angina lalu berjalan me Purwa Daksina mengelilingi Bale Sekah, selanjutnya dilaksanakan ;
o   Mapedudusan, Merajah, Mapetik, Makarowista, Metapak
o   Ngelinggihang Sekah di Bale Sekah
o   Narpana Sekah seperti Narpana Sawa terdahulu, bersama dengan itu dilakukan pembacaan Putru Pesaji Sekah oleh Jero Gede yang bias membaca Putru.  Semua preti sentana turut ngayabang catur kepada Sang Pitara
o   Pemuspaan oleh Preti sentana, metirtha, mabija
o   Pandita Ngarga Tirtha tirtha ; Pelukatan ( dengan wayang  Brahma ), Pabersihan ( dengan wayang Wisnu ), Pasupati ( dengan wayang Siwa ), Pemralina ( dengan wayang Tuwalen ) tirtha Penyeeb, Tirtha Penganyut.
o   Sekah disirati dengan tirtha tirtha tersebut, dimana tirtha Pralina terakhir
o   Karena sudah dipralina, maka sekah segera di geseng, persiapkan sebelumnya alat-alat ; cubek, tebu cemeng, sidu ental, sepit dan korek pangesengan yang dimantrai Pandita.  Disini ada perbedaan dengan ngeseng sawa  sebagai ngeseng Panca Mahabuta, sedangkan ngeseng Sekah adalah ngeseng Panca Tanmatra
o   Setelah digeseng, sirat tirtha Penyeeb, lalu abu dimasukkan ke ngelungah kasturi dan dihias, kemudian mapurwa daksina , selanjutnya nganyut ke segara
o   Setelah nganyut di segara, segera dilakukan pengulapan/ngedetin dengan rantasan satu pasang untuk semua sekah ( yaitu 1 lanang dan 1 istri )

14.       NYEGARA GUNUNG
o   Sedari tadi menghadap kke laut, sekarang menghadap ke gunung, terlebih dahulu mecaru Panca Sata ( purwa 5 putih, daksina 9 merah, pascima 7 kuning, uttara 4 hitam, madya 8 brumbun , jumlah 33 )
o   Setelah mecaru ngayab banten dengan mantra – mantra ; Giripati, Pamuktian Dewa, Setelah itu mebakti, metirtha, mabija, terus prama santi terus mepamit kembali ke rumah

Sampai disini upacara Nyekah selesai. Upacara Nyekah disebut sebagai Atma Wedana karena yang diupacarai adalah pembebasan Atma dari bungkusan yang kedua yaitu ikatan Panca Tanmatra ( lima yang tidak terlihat tetapi dapat dirasakan ) atau pengaruh indria kepada atma yaitu :
1 Ganda tanmatra ; pengaruh indra penciuman di hidung,
            2. Rasa Tanmatra adalah pengaruh indra perasa di lidah,
3. Rupa tanmatra adalah pengaruh indra pengelihatan di
     mata,
4. Sparsa tanmatra adalah pengaruh indra perasa di kulit, 5.Sabda
   tanmatra adalah pengaruh indra pendengaran di
   telinga.
Setelah Ngaben dan Nyekah yang masing – masing memusnahkan Panca Mahabuta dan Panca Tanmatra, tinggallah sellaput atma yang terakhir yang disebut Panca Marmendria atau Karmawasana; inilah yang diadili oleh Hyang Wisesa untuk menentukan kehidupan atma selanjutnya.
Panca Karmendria terdiri dari : Padendria, Payundria, Upastendria dan Wakindria
Upacara selanjutnya adalah “ Mepaingkup “

15.       MEPAINGKUP
Upacara ini diadakan di Pamerajan dengan urut – urutansebagai berikut
o   Mecaru eka sata
o   Ambil air dua sangku dijungjung sambil mamendet oleh dua orang diiringi Puja Pandita, seliwar – seliwer lalu kaplugang, dan tuangkan di depan pelinggih Kemulan / Dewa Hyang; ini sebagai symbol Siwa ( air = putih ). Demikian dilakukan hal yang sama berturut – turut dengan berem ( symbol Brahma = merah ), Arak ( symbol Mahadewa = kuning ), klungah nyuh gadang ( symbol wisnu = hitam ), Selanjutnya ambil teteg daksina dua buah, juga kaplug – kaplugang di Palinggih Kamulan / Hyang Ibu ( lanang di rong kanan, istri di rong kiri ), lalu daksina tetap dijungjung. Terakhir ambil rantasan yang tadi dibawa dari segara, kaplug – kaplugang dengan pretima Dewa Hyang yang lama ( keluarkan dari gedong ), Setelah itu rantasan diletakkan dibawah pretima yang lama ( lanang dengan yang lanang dan istri dengan yang istri ). Setelah itu tegteg daksina dan pretima dilinggihkan kembali, lalu dihaturi ayaban, semua preti sentana ikut ngayabang banten paingkup kepada Dewa Kemulan / Dewa Hyang
o   Upacara mepaingkup selesai

16.       MASIDA KARYA
Tiga hari setelah Mapaingkup ( bila Nandang Mantri ), pada waktu ini sesengker jauman dihilangkan, semua sarana / bangunan yang dipakai segera  dibongkar, bekas nanceb sanggar cucuk dan lainnya diberi segehan

17.       MEAJAR – AJAR
Meajar – ajar sama dengan matirtha yatra bagi orang hidup, Dewa Hyang diiring masucian / mapiuning ke Pura – pura

18.       NGERAJEG LINGGIH
Upacara ini biasanya dilakukan pada waktu ngodalin di Sanggah Pamerajan, segera setelah me ajar – ajar
o   Mendak Pengrajeg linggih dengan ngayat Nyatur Bhuwana
o   Mapurwa daksina dengan pependetan dan seterusnya, Mengelilingi Dewa Hyang
o   Nyugjug dengan keris di bangbang yang sudah dibuat dibelakang linggih Dewa Hyang, seterusnya pengrajeg linggih ditaruh di bangbang
o   Mengumumkan kepada preti sentana untuk bersiap – siap dengan Tri Sarana yaitu : takir berisi kalpika, bija / beras, dan uang. Tri sarana di pasupati terlebih dahulu oleh Pandita satu – satu, barulah ditanam di bangbang diiringi doa untuk mohon kerahayuan bagi preti sentana.
o   Pandita nganteb banten pengrajeg linggih dengan mantra Sapta Ongkara, Surya Seloka dan Panca Dewata

Sampai disini upacara Mapaingkup selesai, Upacara ini adalah upacara Dewa Yadnya karena atma sudah disucikan sampai ketingkat Karmawesana dan dilinggihkan di Sanggah Pamerajan.
Pada upacara ini Atma masih dalam bungkusannya terakhir yaitu Karmawesana atau Panca Karmendria yaitu :

o   1. Padendria adalah karmawesana yang terjadi  akibat langkah kaki
o   2. Payundria adalah karmewesana yang terjadi akibat makanan yang dimakan
o   3. Panendria adalah karmawesana yang terjadi akibat gerakan tangan
o   4. Upastendria adalah karmawesana yang terjadi akibat kehidupan sex
o   5.Wakindria adalah karmawesana yang terjadi akibat ucapan perkataan.

Upacara Mepaingkup ini sudah termasuk Dewa Yadnya, karena setatus atma kini sudah sebagai Dewa Hyang, dimana atma sudah mendapat pengadilan dari Hyang  Wisesa atau Hyang Widhi Wasa, karma wesana tidak ias dihilangkan, karma wesana yang buruk hanya bias diimbangi dengan karmawesana yang baik,

Oleh karena itu atma yang masih  mengandung karmawesana buruk  ditakdirkan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk menjelma kembali agar dalam kehidupannya yang akan datang atman dapat menimbun karmawesana yang baik, sehingga disuatu saat karmawesananya menjadi baik  dan ketika itulah atma dapat bersatu dengan Brahman ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa ).

Atman yang masih dibungkus karmawesana itu distanakan di Sanggah Pamerajan agar dapat disembah bhakti serta didoakan oleh Preti Sentana.  Makin banyak dan makin sering mendapat sembah bhakti, maka atman akan menerima pahala kebaikan yang dapat menimbun karmawesana yang baik. 

Bila ada preti sentananya yang me Dwijati, maka sampai tujuh tingkat keatas, atma atma akan memperoleh karmawesana yang baik.

Oleh karena upacara pengabenan ini lengkap disebut upacara Pengabenan Nandang Mantri artinya : Nandang = laksana, manah = kayun, Tri = tiga, Jadi tiga keinginan yang dilaksanakan sekali gus, yaitu : Pitra Yadnya ( ngaben ), Atma Wedana ( nyekah ), dan Dewa Yadnya ( nyegara gunung dan mepaingkup )









 

















































SUSUNAN ACARA UPACARA PENGABENAN BERSAMA
TANGGAL
JAM
ACARA
UPAKARA
19-Juni-2012
 Sinta
Anggara, Wage Kajeng
        09.00   10.00                   

MEJAUMAN KE GERIA
NEGEM DEWASA / NANCEB

20-Juni-2012    
Sinta,
 Buda, Kliwon, Pasah
09.00
MAPIUNING DAN NUWUR TIRTA KE PURA-PURA KAHYANGAN TIGA, MERAJAN, KAWITAN

21-Juni-2012
Sinta
Wraspati, Umanis
Beteng
08.00
09.00
10.00

NGAJANG BANTEN 
NGULAPIN
MUNGKAH


22-Juni-2012
Sinta
Sukra, Paing
Kajeng

08.30
10.30

13.00

15.00


18.00




20.00
MESEH LAWANG
MELASPAS KAJANG TUMPANG SALU
MEBERSIH/NYIRAMANG
NGELELET
PEDEENGAN /
MANAH TOYA ( Tirtha Mumbul )
MEMENDAK LINA
METAPAK          ( Oleh Ida Pandita )
MAPERAS           ( Oleh Ida Pandita )
NARPANA          ( Oleh Ida Pandita )
MANAH TIRTA ( Oleh Ida Pandita )

23-Juni-2012
Sinta
Saniscara, Pon
Pasah
09.30
23.00


23.30

23.30
TERIMA TAMU
NGREREH TOYA PENEMMBAK ( Oleh Ida Pandita )
MABUMI SUDA   ( Oleh Jero Gede )
MERAS MARGI    ( Oleh Jero Gede

24-Juni-2012
Landep
Redite, Wage
Beteng

07.00



09.00

12.30

13.30


12.00

16.00

18.00

20.00

21.00

PEBASMIAN
MLASPAS WADAH, PETULANGAN, BALE GUMI,
( Dipimpin Oleh Jero Gede )
PENGUTANGAN KE SETRA
( Dipimpin Oleh Jero Gede )
MUPUT DI SETRA                 ( Oleh Ida Pandita )
NGANYUT ABU KE SEGARA
( Dipimpin Oleh Jero Gede )
MECARU DI PIYADNYAN
( Dipimpin Oleh Ida Pandita )
NGANGGET DON BAINGIN
( Dipimpin Oleh Ida Pandita )
MENDAK SEKAH
( Dipimpin Oleh Ida Pandita )
NARPANA SEKAH
( Dipimpin Oleh Ida Pandita )
NGESENG SEKAH
( Dipimpin Oleh Jero Gede )
NGANYUT SEKAH KE SEGARA
( Dipimpin Oleh Jero Gede )


25 –Juni-2012
Landep
Soma, Wage
Kajeng

07.00

PENGENENG


26 –Juni-2012
Landep
Anggara, Kliwon
Pasah

07.00

PENGENENG


27 –Juni-2012
LandepBuda, Umanis
Beteng

07.00

METATAH  MASAL

28 –Juni-2012
Landep, Wrespati,Paing,  Kajeng

07.00


MEAJAR – AJAR  DI  BLL
KE GERIA ( IDA PANDITA )
KE  KAHYANGAN TIGA
KE PURA – PURA  PULAKI
KE PURA LAINNYA
KEMBALI KE PIYADNYAN

29 –Juni-2012
Landep, Sukra,Pon,  Pasah

07.00


MEAJAR – AJAR  PENERUS
KE PURA – PURA
KE PURA KAWITAN  LAN PURA CATUR PRAHYANGAN
KEMBALI MAINGKUP DI PIYADNYAN

30 –Juni-2012
Tumpek Landep, Saniscara,Wage,  Beteng

MESIDHA KARYA
KEMBALI KE DADYA SOWANG -  SOWANG



             SEKRETARIS                                                                 KETUA PANITIA


           [                                 ]                                                 [                                                ]

                                              PENANGGUNG JAWAB / PEMUPUT


[ IDA BHAGAWAN NABE YOGA WISWA ]

 






UPA RENGGA / PIRANTI





I.  NANCEB BANGSAL


1.   Sanggar Surya
1
 Panitia
   2.   Sanggar cucuk
6
 Panitia



II. MAPIUNING DI PURA DALEM, MUNGKAH


   1.   Sekah Jemek dengan kekasang , setiap sawa
1
 Panitia
   2.   Jinah Satakan berisi benang , setiap sawa
1
 Peserta
   3.   Pengawak kayu cendana,  setiap sawa
1
 Panitia
   4.   Sanggar Surya
1
 Panitia
   5.   Sanggar Cucuk,  Setiap Sawa
1
 Panitia
   6.   Panak Biyu, setiap sawa
1
 Peserta
   7.   Pitik , setiap sawa
1
 Peserta
   8.   Papah Nyuh Gading
1
 Peserta



III. MESEH LAWANG


   1.   Sanggar Surya
1
 Panitia
   2.   Sanggar Cucuk
3
 Panitia
   3.   Carang dap dap
3
 Panitia
   4.   Kelabang
2
 Panitia
   5.   Benang Bali putih 3 meter berisi jinah satakan
1
 Panitia



IV. MEBERSIH DAN MENEK TUMPANG SALU


   1.   Pepaga dengan kaki carang dadap
1
 Panitia
   2.   Tikar untuk nyiramang layon
1
 Panitia
   3.   Leluwur
1
 Panitia
   4.   Eteh - eteh Paresikan, pengangge, base jeriji, kwangen
1
 Panitia
   5.   Eteh eteh pengelelet; tikar, kain, lante, don biyu kaikik
1
 Panitia
   6.   Daun asam untuk mencuci tangan setelah nyiramang layon
1
 Panitia
   7.   Tumpang salu
1
 Panitia
   8.   Palengkungan
1
 Panitia
   9.   Kereb Sinom
1
 Peserta
   10. Kajang Agung
1
 Peserta
   11. Kajan Alit
1
 Peserta
   12. Damar kurung 2, sumbu 2, procot 2, pasepan  2
1
 Panitia
   13. Kekenjer 1, pasang lanang istri
1
 Panitia
   14. Ketungan elu dan sekeha ngoncang

 Panitia
   15. Kwangen untuk nyumbah
1
 Panitia



V. MANAH TOYA


    1.  Tiga Sampir ; pelangkiran , sangku, panah
1
 Panitia
    2.  Guling bebangkit kecil 1 ekor
1
 Panitia



VI. MAMENDAK, MAPETIK, MERAJAH, METAPAK, MEPERAS,

NGASKARA, NARPANA, MANAH TIRTA, MABUMI SUDHA MERAS MARGI
    1.  Eteh eteh mepetik dan merajah
1
 Peserta
    2.  Padma anelayang
1
 Peserta
    3.  Perahu perahuan, paso, air segara - sudamala
1
 Panitia
    4.  Pembaca putru saji tarpana
2
 Panitia
    5.  Kwengen untuk maperas dan nyumbah
1
 Peserta
    6.  Panah
1
 Panitia
    7.  Sekar ura
1
 Panitia
    8.  Carang dapdap 4
1
 Panitia
    9.  Tepung  beras 0,25 Kg
1
 Panitia
   10.  Benang sepat 10 m
1
 Panitia
   11.  Kekecer
1
 Panitia
   12.  Rajahan  Angkara
1
 Panitia
   13.  Penuntunan ; caluk, belakas sudamala ( bonceng )
1
 Panitia
   14.  Bebek hidup putih 1 ekor dan ayam hidup putih 1 ekor/pesolsolan
1
 Panitia
   15.  Pisang jati, Angenan, Peguruyagan,Panjang ilang,nasi angkeb
1
 Panitia



VII. PENGUTANGAN


    1.   Baris Gede
1
 Panitia
    2.   Guling bebangkit dan penarinya
1
 Panitia
    3.   Wadah / jempana dan petulangan
1
 Panitia
    4.   Ulap ulap wadah
1
 Panitia
    5.   Korek sukla
1
 Peserta
    6.   Sepit, cubek, tebu cemeng, sidu ental, kuskusan, pane
1
 Peserta
    7.   Don byu kaikik untuk ngereka abu
1
 Peserta
    8.   Kwangen Pangerekaan lengkap
1
 Peserta
    9.   Eteh eteh ngerapuh dan ngelungah
1
 Peserta
    10. Kelungah nyuh gading sesuai jumlah sawa
1
 Peserta
    11. Lelincir  menurut jumlah sawa
1
 Peserta

1

VIII. NGULAPIN DI SEGARA
1

     1.  Rantasan baru menurut jumlah sawa ditambah sangge 2/ dadya
1
 Peserta
     2.  Benang jinah satakan menurut jumlah sawa ditambah sangge
1
 Peserta



IX.  MECARU MANCA SATA


     1.  Sanggar cucuk 5, sengkwi 5, kepwakan, tulud, sampat, tetimpug
1
 Panitia
     2,  Eteh eteh pecaruan lengkap, tepung,kober,ngiu,siut,sepit,pane
1
 Panitia



X.  NYEKAH


     1.   Don baingin
1
 Panitia
     2.   Sekah kurung, tetopong
1
 Panitia
     3.   Eteh eteh mapetik, merajah
1
 Peserta
     4.   Padma angelayan
1
 Peserta
     5.   Pembaca Putru Saji
2
 Panitia
     6.   Wayang
1
 Panitia
     7.   Cubek, tebu cemeng, sepit,ilih, sidu ental,klungah nyuh gading
1
 Peserta



X. MAPAINGKUP


     1.   Coblong
1
 Panitia
     2.   Air, berem, arak, klungah nyuh gading 1buah
1
 Panitia
     3.   Daksina paingkupan 2
2
 Panitia
     4.   Daksina Lingga 2
2
 Panitia
     5,   Peras
2
 Panitia



XI.  MASIDHA KARYA

  



TOTAL UPA RENGGA / PIRANTI








RENCANA ANGGARAN BIAYA PENGABAENAN

I. MEJAUMAN KE GERIYA


II. NEGEM DEWASA


a. CARU ALANING DEWASA


b. NANCEB :


III. MAPIUNING (  Kahyangan Tiga dan yang dianggap pelu) 5 Pura


IV. NGULAPIN DI PURA DALEM (   sawa )


         Piranti  ( Kampuh / Adegan )


V. MAMUNGKAH DI SETRA (  setra )


         Diatas gumuk lan sanggah cucuk / sawa


VI. MESEH LAWANG (  sawa )


       Aturan pada sawa setelah melinggih di piyadnyan /  sawa


VII. MLASPAS PIRANTI - PIRANTI


        Kajang agung, kajang alit, wukur,lanti, pengaput


VIII. MABERSIH


a.      Upakara Munggah Di Sanggah Kemulan / soroh


b.      Upakara Munggah Di Sanggar Surya


c.      Upakara Disamping Jenasah / soroh


d.      Eteh – eteh Pabersihan / sawa


e.      Upakara Pepegatan / soroh


IX. MEDEENG / MANAH TIRTHA


X. PANDITA NGARGA TIRTHA / Pemuput


a.   Banten Palinggihan Pandita :


b. Mapiuning Ring Sanggar Surya


    c  Mapiuning Ring Lebuh ( sama dengan banten di Surya )


    d. Banten Pakideh


XI. MAPETIK / METAPAK ( / sawa )


XII. MAPERAS ( / soroh )


XIII. NARPANA


a. Ring Sanggar Surya


b. Banten Munggah di Lebuh


    c. Pengawak dan bekel sawa ( / sawa )


1. Pisan jati, Angenan , Peguruyagan


2. Panjang ilang , diuskamaligi, nasi angkeb





d. Di Bale Sawa :
    e.  Upakara Pepegatan / soroh


XIV. MANAH TIRTHA


XV. MABUMI SUDHA


XVI. NGEBET TULANG


XVII. MLASPAS WADAH


XVIII. MLASPAS PETULANGAN DAN BALE GUMI


XX. TEDUN SAWA DI SETRA


XX I. NGEREKA ABU SAWA


XX II. PAKIRIMAN


XX III. PENGANYUTAN DI SEGARA


XX IV. NGULAPIN DI SEGARA


XX V. MECARU DIRUMAH ( NGEREBOIN )





TOTAL SAMPAI PENGABENAN :





XX VI. PERSIAPAN NYEKAH


XX VII. MEPANDES


XX VIII. NGANGGET DON BINGIN


XX IX. MLASPAS DAN NGAJUM SEKAH


XXX. DADUDONAN UPAKARA PENYEKAHAN


a) Sorohan Banten Pengresikan / Padudusan


b) Sorohan Banten Munggah Ring Sanggar Tawang


c) Sorohan  Banten Ring Sor Sanggar Tawang


d) Upakara Ring Damar Kurung / di Lebuh


e) Upakara Ring Payadnyan ( Arepan Sekah )


f) Upakara Mendak Bethara Lingga / Mapurwa


g) Upakara Arepan Sulinggih


h) Upakara Arepan Sang Mamutru


i) Upakara Ngaliwet / Mekarya Bubur


j) Upakara Pangilen - ilen ( Manut Desa Mawacara )


k) Piranti - piranti Ngeseng (Sekah / Sekah )


XXX I. DADUDONAN UPAKARA NGANYUT ABU SEKAH


a) Sorohan Banten Penganyutan


b) Banten Mendak Nuntun di Segara


c) Ayaban Pandita sama dengan yang diatas


XXX II. DADUDONAN UPAKARA NYEGARA GUNUNG


a) Panten Pangresikan


b) Banten Ringa Sanggar Surya


c) Banten Sor Surya


d) Banten Pecaruan


e) Banten Pamitegep


f) Upakara Arepan Sulinggih


XXX III. DADUDONAN UPAKARA MAPAINGKUP


a) Banten Pangresikan


b) Banten Ring Sanggar Surya


c) Banten Caru Tapakan ( Maka Tapakan Sang Dewa Pitara )


d) Banten Ring Arepan Sang Dewa Pitara /  soroh


e) Banten Munggang Ring Kamulan ( Rong Tiga)


f) Banten Ayaban / Pamereman


b)     Banten Arepan Sang Muput ( Sulinggih )


XXX IV. DADUDONAN UPAKARA SIDDHAN KARYA


XXXV.    DADUDONAN UPAKARA ME AJAR – AJAR


DITAMBAH NGERAPUH JML SAWA


DITAMBAH NGELUNGAH JML SAWA


DITAMBAH PENGAWAK LAN BEKEL JML SAWA
                   

T O T A L


 DITAMBAH METATAH MASAL JML PESERTA





 TOTAL KESELURUHAN :












             SEKRETARIS                                                                 KETUA PANITIA





           [                                 ]                                                 [                                                ]


                                              PENANGGUNG JAWAB / PEMUPUT





[ IDA BHAGAWAN NABE YOGA WISWA ]