PENDAFTARAN DIMULAI TANGGAL : 1 MEI 2014
SAMPAI DENGAN 10 JULI 2014
RENCANA NEGEM DEWASA PENGABENAN : TANGGAL 20 JULI 2014
RENCANA PENGABENAN :TANGGAL 29 JULI 2014
RENCANA PENYEKAHAN : TANGGAL 29 JULI 2014
RENCANA METATAH MASAL : TANGGAL 30 JULI 2014
RENCANA ME AJAR - AJAR : TANGGAL 31 JULI /2014
RENCANA MEPAINGKUP : TANGGAL 2 AGUSTUS 2014
TATA CARA PELAKSANAAN
UPACARA PENGABENAN MEWANGUN
SAWA KARESIAN
Setelah mengadakan pembicaraan dengan Pandita yang muput,
dilaksanakanlah Upacara Mejauman, Yaitu memastikan / membulatkan tekad untuk
membangun yadnya serta mengatur susunan acara.
Apa yang dihaturkan kepada Ida Pandita oleh Sang Yajamana ketika
mejauman, lihat daftar terlampir.
Setelah itu Pandita memberikan tirtha Jauman untuk disiratkan di sengker
area piyadnyan, dimana disetiap sudut ditancapkan sanggah cucuk yang diisi
banten tegteg daksina, peras ajuman.
Sejak saat itu preti sentana mulai ngewangun beberatan. Biasanya
pada hari yang sama bangunan bangsal tempat upacara sudah selesai
diplaspas.
Kekuatan tirtha jauman ini hanya 12 hari. Setelah itu agar segera dicabut /praline agar
tidak “ Ngeraranin “
1. MAPIUNING : di Sanggah Pamerajan,
Kawitan dan
Kahyangan Tiga, serta Pura Lainnya yang dianggap perlu.
2. NGULAPIN di Pura Dalem Dan MUNGKAH di Setra
Dengan Cara sebagai Berikut :
o
Membawa Sekah Jemek / Kampuh ke
Pura Dalem
o
Mapiuning , terus ke Kuburan
o
Diatas kuburan diletakkan
pengawak dan banten Pengendag Yaitu ; dakksina, peras, penyeneng, suci, nasi
punjung, segehan dan tetabuhan, lalu dihaturkan kepada Sedahan Setra.
o
Keplugin gegumuk dengan papah
nyuh gading ( simbul tangan Betara Brahma ) lalu pengawak di “ Kedetin “ dengan
benang jinah satakan dan ditaruh di sekah jemek.
o
Sekah Jemek disangkol, berdiri,
mundur tiga langkah, meprasaya 3 x , lalu berjalan kerumah / tempat upacara.
3. MESEH LAWANG ( meseh = berganti, lawang
= pintu )
dilaksanakan bila Sang Lina
sejak kelahirannya cacat tubuh / mental, atau mati salah pati, atau mati ngulah
pati, dilaksanakan di perempatan jalan dekat rumah, dengan urutan upacara
sebagai berikut
o
Mereresik
o
Mapiuning ring Sang Hyang Catur
Loka Pala
o
Mecaru
o
Mabeyakala dan Maprayascita
o
Malukat
o
Natab banten meseh lawang
o
Sembahyangkan Sang Atma keempat
penjuru angina diiringi preti sentana, metirtha, mebija, Selanjutnya
meprasawiya mengelilingi area upacara tiga putaran, lalu menginjak banten meseh
lawang, terus mungkah lawang.
o
Mungkah lawang yang terbuat
dari 2 buah kelabang dipintu masuk yang diapit Sanggah Cucuk sekali gus
mapepegat dengan benang tridatu yang diikat di carang dapdap, terus keluar
melalui sela – sela Sanggah Cucuk ( Jadi ada tiga Sanggah Cucuk )
o
Lalu mapegat dengan benang
tridatu yang diikat di carang dapdap
o
Kembali kerumah lalu Sekah
Jemek dilinggihkan di Bale Sawa. Dan diberi panyembrama / pisuguh ( bila perlu
ada banten pengulapan
4. MELASPAS ; Piranti – piranti yang
dipakai mebersih,
Kajang, Tumpang Salu, Damar
kurung dll
5. MEBERSIH ;
o
Pengawak dipisahkan dengan
Sekah Jemek, Sekah Jemek tetap berada di Bale Sawa, sedangkan Pengawak
diturunkan ke Pepaga atau Bale Pesiraman yang kakinya dibuat dari batang dapdap
dan diatasnya diberi leluhur. Agar tidak
tertukar, maka bila pengabenan missal, masing – masing Sekah Jemek dan Pengawak
diberi nomor urut dan nama Sang Lina.
Linggih Sekah Jemek menurut Ulu – Teben , yang sesuuai dengan usia dan
lelintih.
o
Mareresik
o
Mabeakala : margiang lis,
pereresik, sapsap antuk lalang ( symbol
tatakan tirtha kamandalu ), lidi ( symbol jeriji Betara Brahma ) , sambuk
mejepit ( symbol rambut Betara Brahma ), banten beyakala agar metatakan sidi (
agar bea terhadap kala tembus ke pertiwi )
o
Maprayascita
o
Masiram
o
Magentos Pengangge
o
Maaled don biu kaikik
o
Mapasang buku – buku kwangen,
peringkesan ( solasan ) dan pengerekaan.
o
Malelet
o
Munggah ke tumpang salu, tangan
wargi yang bekas mengambil sawa agar dicuci dengan air daun asam yang hangat.
o
Diberi pelengkungan, rurub
kajang ( satu set untuk setiap sawa ) dan kereb sinom
o
Katurang punjung
o
Pemuspaan
6. MADEENG / MANAH TOYA
Membawa Tiga Sampir, Pelangkiran,
Sangku, Panah
o
Mareresik
o
Mapiuning
o
Manah Toya
7. MAMENDAK
o
Pandita ngarga tirtha
o
Pandita membuat tirtha – tirtha
dengan bahan toya yang dipanah tadi , antara lain tirtha Pelukatan, Pebersihan,
Pedudusan, Panca Tirtha, Beakala, Durmrnggala, Pungun – pungun.
o
Mapedudusan mulai dari : Surya
, Lebuh , Bale Sawa dan Prati sentana
o
Mapiuning; para pengayah
ngayabang banten di Surya, Lebuh dan Bale Sawa.
o
Nguningang ayaban, Suci, Sekar
taman, Pulagembal, Bebangkit
o
Pamuktian Dewa
o
Ayaban Sor ( gelar sanga)
o
Ambil Sekah Jemek dan masing –
masing rurub kajang, digendong oleh preti sentana berjejer didepan Bale Sawe,
lalu muspa kearah timur, selatan, barat, utara dan tengah
o
Maprasawiya berkeliling Bale
Sawa diiringi dengan tarian ( Wisnu ) , Kidung ( Brahma ) , atau diam ( Siwa
), Urut – urutannya ; Rurub Kajang
didepan, meulap – ulap, lalau dibelakangnya Sekah Jemek.
o
Rurub Kajang munggah ke Bale
Sawa, Sedangkan Sekah Jemek ; merajah, mepetik, mekarowista, mapesolsolan dan
mapedudusan.
8. MATAPAK ;
Pandita berputar kearah barat lalu
berhadapan dengan
Sekah Jemek untuk ditapak:
o
Ambil Padma Angelayang
o
Astra Mudra, Sekah Jemek
diperciki Tirtha dan diberi Bija
o
Mantram untuk sawa laki : OM
AKASA BYOMA SIWA TATWA YA NAMAH. , untuk sawa wanita : OM PRETIWI PRABAWATI
DEWI TATWA YA NAMAH.
o
Padma Angelayang dilipat dan
diselipkan di Sekah Jemek.
9. MAPERAS :
o
Sekah Jemek dari Sawa yang
belum bercucu langsung malinggih di Bale Sawa
o
Sekah Jemek yang bercucu /
berkumpi dst ; Tetap digendong untuk menerima kwangen pamerasan dari para cucu
/ cicit. Caranya ; perahu dari kloping
nyuh gading dilayarkan diatas pane yang berisi air laut dicampur air danau,
didorong dengan kwangen oleh para cucu / cicit; kwangen itu lalu diselipkan di
Sekah Jemek.
o
Mapepegat
o
Setelah itu Sekah Jemek
ditempatkan lagi di Bale Sawa
10. NGASKARA, NARPANA DAN NGENJIT DAMAR KURUNG
Ngaskara artinya mawinten bagi Sang
Lina, yaitu
disucikan dahulu sebelum meningkat keacara selanjutnya Narpana
artinya menghaturkan makanan / rayunan kepada Sang Lina
o
Pandita Mamuja : Kawitan,
Tribuwana, Brahma, Prajapati, Catur Dewi, Bethari Durga dan Bethara Kabeh.
o
Selama Pandita mapuja dibacakan
“ Putru Tarpana “, atau pitutur kepada Sang Atma
o
Nganteb ayaban : Suci,
Pengulapan, Sorohan, Sekar Taman, Pulegembal, Bebangkit, Tetukon, Panjang
ilang, diuskamaligi dan banten teben.
o
Pembuktian Pitra
o
Pemuspaan oleh Preti Sentana
§ Muspa Puyung
§ Bunga putih ke Surya
§ Bunga Merah ke Brahma, Mrajapati, Dewi Durga
§ Bunga warna – warni ke Batara Kawitan
§ Kwangen ke Sawa ( sikap tangan dihulu hati ) Setelah ini kwangen
dikumpulkan di bale sawa
§ Muspa Puyung
§ Matirtha dan Mabija.
11. MANAH TIRTHA
o
Pandita membuat tirtha – tirtha
: Pelukatan,Pebersihan, Penembak, Pengentas, Pemralina, Bumi Sudha, Meras
Margi, Caru Tedun Sawa, Tirtha Penyeeb, Tirtha Ngereka, Tirtha Nganyut, Tirtha
Ngulapin ( yang akan dipakai besok pada hari pengutangan
o
Setelah itu semua tirtha
ditempatkan didepan pemujaan lalu panah dipentangkan kearah sawa. Bunga yang terlempar dari panah dimasukkan
kedalam sangku tirtha penembak
12. HARI PENGUTANGAN
o
Melaspas Wadah, Petulangan dan
Bale Gumi
o
Macaru didepan Bale Sawa
o
Nanginin Sawa dengan Kidung
o
Baris Gede ( Utusan Sang Dora
Kala, Maha Kala ) masolah membawa Caluk Sudamala
o
Nedunang Sawa ( Pengawak )
o
Menaikkan Sawa dan Rurub Kajang
ke Wadah
o
Sekah Jemek di gendong, tumpang
salu dibawa paling depan
o
Wadah maprasawiya didepan
rumah, disetiap perempatan jalan, dan di Pamuunan
o
Macaru didepan Pamuunan
o
Masukkan galih kedalam
Petulangan
o
Nedunang Sawa sambil melepaskan
itik – itik satu per satu,sawa masukkan kedalam Petulangan, dengan susunan yang
paling muda usianya dibawah, lanang istri dan yang sudah mawinten petulangannya
lain
o
Ngemargiang Tirtha – tirtha
dengan urutan sebagai berikut: Pelukatan, Pebersihan, Penembak, Pangentas,
Piuning – piuning Paibon, Merajan, Kawitan, Kahyangan Tiga, dan Siwa Raditya
o
Preti Sentana Nyumbah
o
Sekah Jemek di taruh dibawah
petulangan setelah payasan emas di cabut
o
Ngeseng dengan api Pralina dari
Pandita
o
Setelah Sawa terbakar habis,
lalu nyeeb api dengan Tirtha Penyeeb dari Pandita
o
Nyepit adeng, pertama diambil
adeng tulang diteben 3 x , ditengah 3 x , dan di hulu 3 x
o
Arang ditaruh di cubek, lalu
diuyeg dengan tebu cemeng, ( pinaka tulang Bathari Durgha ) . Sisa – sisa
tulang yang lain dibungkus kain putih, nanti dihanyut di segara
o
Ngereka abu, masang buku – buku
o
Mabeakaon, maprayascita,
siramin toya kelungah
o
Abu dimasukkan ke kelungah,
dihias, lalu digendong oleh Preti sentana
o
Ngayab Banten Pekiriman dan
Narpana diantar oleh Pandita
o
Pamuspaan ( maktiang Pitra,
posisi tangan diatas kepala ), matirtha, mabija, parama santih, lalu Preti
sentana yang menggendong abu bangun berjalan mundur 3 langkah ( Utpti, Stiti,
Pralina )
o
Mapurwa Daksina mengelilingi
Pamuunan dan Sanggar Surya 3 x sambil
menari dan makidung diiringi gamelan, terus menuju ke segara untuk nganyut
o
Di Segara :Mapiuning kepada Ida
Bathara Baruna, Nganyut, Ngulapin dengan rantasan putih kuning ( setiap sawa
satu rantasan )
o
Kembali ke rumah / tempat
upacara. Ketika Sawa berangkat tadi Pandita segera mecaru Resi Gana. Sebelum
mrelina caru, agar caru ditutup kain putih, lalu Pandita mapengalang – alang
o
Menghaturkan banten
Pangerorasan di bale Sawa dan Preti sentana dan sarana yang dipakai Pitra
Yadnya di Prayascita
Sampai disini upacara Pengabenan tahap pertama selesai. Pengabenan
dilaksanakan sebagai upaya mensucikan atma atau roh . Setelah meninggal dunia
jasad dibakar dengan dua jenis agni yaitu agni sekala adalah api, dan agni
niskala adalah cita agni yang berasal dari puja Ida Pandita.
Tujuan membakar jasad adalah
untuk melepaskan bungkusan atma yang paling luar, yang dinamakan Panca Maha
Buta, yaitu badan manusia yang terdiri dari
1. Bagian – bagian tubuh yang padat ( daging dan tulang dikem
balikan ke Pertiwi / Tanah
),
2. Bagian – bagian tubuh yang cair ; darah dan cairan lainnya
dikembalikan ke Apah /
air,
3. Bagian –bagian tubuh yang bersuhu panas, mata dan rongga
badan dibagian dalam
dikembalikan ke Teja / api,
4 Bagian – bagian tubuh yang ber angina, nafas dan angina di
rongga badan dikembalikan
ke Bayu / Udara, dan
5. Bagian – bagian tubuh yang halus, rambut, syaraf dan kuku
dikembalikan ke Akasa /
ether.
Jelaslah kiranya bahwa
upacara pengabenan harus dilakukan dengan membakar, sebab jika tidak dibakar
unsure – unsure Panca Mahabuta tidak segera kembali keasalnya. Tahap berikutnya
setelah Ngaben adalah Upcara Nyekah, yaitu melepaskan bungkusan atma yang
kedua.
13. NYEKAH
Dinamakan juga
Ngeroras ( roars; ro = dua , ras = las = pisah kedua kalinya ) . Sekah asal
kata sekar = bunga, karena Sang Atma di bhiseka dengan nama – nama bunga
o
Ketika datang dari Segara,
rantasan mapegat sot, Pegat sot = putus saud atur dari sang Pitra terhadap
Preti sentana dan sebaliknya. Caranya ; Pandita memasupati dupa, lalu tiap tiap
penyunggi rantasan membawa benang putih sepanjang 15 cm, benang itu
dipentangkan dengan kedua tangan penyunggi, lalu Pandita memutuskan benang di
tengah tengah dengan menyulutkan dupa. Benang putus yang ada ditangan kiri
dibuang, yang ada ditangan kanan diselipkan dirantasan.
o
Rantasan ditempatkan di Bale
Sekah di Piyadnyan
o
Pandita mengumumkan pelaksanaan
upacara metiga bulanan dan metatah bagi preti sentana yang belum melaksanakan,
agar atma Sang Pitara dapat ke Sorga dengan mulus. Bagi yang sudah ditinggal
ayah / ibu agar ngadegang dengan rantasan guna melaksanakan penyumbahan;
caranya preti sentana dikelompok – kelompokkan, yang ditinggal ayah / ibu, yang
ditinggal ayah saja, yang ditinggal ibu saja, dan yang ayah ibu masih ada. Ini
untuk memudahkan ngadegang Sang Pitara dan penyumbahan, serta pawisik yang
diucapkan oleh Pandita.
o
Ngangget Don Bingin ; Ambil
kain putih secukupnya untuk menampung daun beringin agar tidak jatuh ketanah.
Sesudah itu mepiuning ring Ida Bagawan Salukat untuk mohon don bingin, don
bingin di Pasupati oleh Pandita sambil mapurwa Daksina keliling Piyadnyan,
ambil don bingin yang melingeb 5 lembar untuk diselipkan dibelakang prerai
sekah lanang, lalu 5 lembar do bingin yang nungkayak untuk diselipkan
dibelakang prerai sekah istri. Ini dilakukan karena sekah sudah berisi don
bingin 66 lembar. Don bingin sebagai jejaton / jimat bagi Sang Atma
o
Sekah yang banyaknya sama
dengan banyaknya Sawa ditambah dengan Sekah Sangga lanang istri, dipelaspas
oleh Pandita, sekah jangan lagi diberi nama seperti ketika masih hidup, pakai
nama – nama kayu utama bagi yang lanang, dan bunga – bungaan untuk yang istri,
atau diberi nomor saja
o
Memendak; sekah sebelumnya
masih kosong, untuk itu dilakukan pamendak oleh preti sentana diantar oleh Pandita
dengan Puja Sapta Ongkara Atma, Setelah itu sekah ( sebagai simbul atma)
disatukan dengan rantasan ( sebagai symbol badan halus ). Sekah sangge untuk
menampung Atma lain yang ingin ikut upacara ( tidak mempunyai rantasan )
o
Muspaang Sekah keempat penjuru
angina lalu berjalan me Purwa Daksina mengelilingi Bale Sekah, selanjutnya
dilaksanakan ;
o
Mapedudusan, Merajah, Mapetik,
Makarowista, Metapak
o
Ngelinggihang Sekah di Bale
Sekah
o
Narpana Sekah seperti Narpana
Sawa terdahulu, bersama dengan itu dilakukan pembacaan Putru Pesaji Sekah oleh
Jero Gede yang bias membaca Putru. Semua
preti sentana turut ngayabang catur kepada Sang Pitara
o
Pemuspaan oleh Preti sentana,
metirtha, mabija
o
Pandita Ngarga Tirtha tirtha ;
Pelukatan ( dengan wayang Brahma ),
Pabersihan ( dengan wayang Wisnu ), Pasupati ( dengan wayang Siwa ), Pemralina
( dengan wayang Tuwalen ) tirtha Penyeeb, Tirtha Penganyut.
o
Sekah disirati dengan tirtha
tirtha tersebut, dimana tirtha Pralina terakhir
o
Karena sudah dipralina, maka
sekah segera di geseng, persiapkan sebelumnya alat-alat ; cubek, tebu cemeng,
sidu ental, sepit dan korek pangesengan yang dimantrai Pandita. Disini ada perbedaan dengan ngeseng sawa sebagai ngeseng Panca Mahabuta, sedangkan
ngeseng Sekah adalah ngeseng Panca Tanmatra
o
Setelah digeseng, sirat tirtha
Penyeeb, lalu abu dimasukkan ke ngelungah kasturi dan dihias, kemudian mapurwa
daksina , selanjutnya nganyut ke segara
o
Setelah nganyut di segara,
segera dilakukan pengulapan/ngedetin dengan rantasan satu pasang untuk semua
sekah ( yaitu 1 lanang dan 1 istri )
14.
NYEGARA GUNUNG
o
Sedari tadi menghadap kke laut,
sekarang menghadap ke gunung, terlebih dahulu mecaru Panca Sata ( purwa 5
putih, daksina 9 merah, pascima 7 kuning, uttara 4 hitam, madya 8 brumbun ,
jumlah 33 )
o
Setelah mecaru ngayab banten
dengan mantra – mantra ; Giripati, Pamuktian Dewa, Setelah itu mebakti,
metirtha, mabija, terus prama santi terus mepamit kembali ke rumah
Sampai disini upacara Nyekah selesai. Upacara Nyekah disebut sebagai
Atma Wedana karena yang diupacarai adalah pembebasan Atma dari bungkusan yang
kedua yaitu ikatan Panca Tanmatra ( lima
yang tidak terlihat tetapi dapat dirasakan ) atau pengaruh indria kepada atma
yaitu :
1 Ganda tanmatra ; pengaruh indra penciuman di hidung,
2. Rasa Tanmatra adalah pengaruh indra perasa di lidah,
3. Rupa tanmatra adalah pengaruh indra pengelihatan di
mata,
4. Sparsa tanmatra adalah pengaruh indra perasa di kulit, 5.Sabda
tanmatra adalah pengaruh
indra pendengaran di
telinga.
Setelah Ngaben dan Nyekah yang masing – masing memusnahkan Panca
Mahabuta dan Panca Tanmatra, tinggallah sellaput atma yang terakhir yang
disebut Panca Marmendria atau Karmawasana; inilah yang diadili oleh Hyang
Wisesa untuk menentukan kehidupan atma selanjutnya.
Panca Karmendria terdiri dari : Padendria, Payundria, Upastendria
dan Wakindria
Upacara selanjutnya adalah “ Mepaingkup “
15.
MEPAINGKUP
Upacara ini diadakan di Pamerajan dengan urut – urutansebagai
berikut
o
Mecaru eka sata
o
Ambil air dua sangku dijungjung
sambil mamendet oleh dua orang diiringi Puja Pandita, seliwar – seliwer lalu
kaplugang, dan tuangkan di depan pelinggih Kemulan / Dewa Hyang; ini sebagai
symbol Siwa ( air = putih ). Demikian dilakukan hal yang sama berturut – turut
dengan berem ( symbol Brahma = merah ), Arak
( symbol Mahadewa = kuning ), klungah nyuh gadang ( symbol wisnu = hitam ),
Selanjutnya ambil teteg daksina dua buah, juga kaplug – kaplugang di Palinggih
Kamulan / Hyang Ibu ( lanang di rong kanan, istri di rong kiri ), lalu daksina
tetap dijungjung. Terakhir ambil rantasan yang tadi dibawa dari segara, kaplug
– kaplugang dengan pretima Dewa Hyang yang lama ( keluarkan dari gedong ),
Setelah itu rantasan diletakkan dibawah pretima yang lama ( lanang dengan yang
lanang dan istri dengan yang istri ). Setelah itu tegteg daksina dan pretima
dilinggihkan kembali, lalu dihaturi ayaban, semua preti sentana ikut ngayabang
banten paingkup kepada Dewa Kemulan / Dewa Hyang
o
Upacara mepaingkup selesai
16.
MASIDA KARYA
Tiga hari setelah Mapaingkup ( bila Nandang Mantri ), pada waktu ini
sesengker jauman dihilangkan, semua sarana / bangunan yang dipakai segera dibongkar, bekas nanceb sanggar cucuk dan
lainnya diberi segehan
17.
MEAJAR – AJAR
Meajar – ajar sama dengan matirtha yatra bagi orang hidup, Dewa
Hyang diiring masucian / mapiuning ke Pura – pura
18.
NGERAJEG LINGGIH
Upacara ini biasanya dilakukan pada waktu ngodalin di Sanggah
Pamerajan, segera setelah me ajar – ajar
o
Mendak Pengrajeg linggih dengan
ngayat Nyatur Bhuwana
o
Mapurwa daksina dengan
pependetan dan seterusnya, Mengelilingi Dewa Hyang
o
Nyugjug dengan keris di
bangbang yang sudah dibuat dibelakang linggih Dewa Hyang, seterusnya pengrajeg
linggih ditaruh di bangbang
o
Mengumumkan kepada preti
sentana untuk bersiap – siap dengan Tri Sarana yaitu : takir berisi kalpika,
bija / beras, dan uang. Tri sarana di pasupati terlebih dahulu oleh Pandita
satu – satu, barulah ditanam di bangbang diiringi doa untuk mohon kerahayuan
bagi preti sentana.
o
Pandita nganteb banten
pengrajeg linggih dengan mantra Sapta Ongkara, Surya Seloka dan Panca Dewata
Sampai disini upacara Mapaingkup selesai, Upacara ini adalah upacara
Dewa Yadnya karena atma sudah disucikan sampai ketingkat Karmawesana dan
dilinggihkan di Sanggah Pamerajan.
Pada upacara ini Atma masih dalam bungkusannya terakhir yaitu Karmawesana
atau Panca Karmendria yaitu :
o
1. Padendria adalah karmawesana
yang terjadi akibat langkah kaki
o
2. Payundria adalah karmewesana
yang terjadi akibat makanan yang dimakan
o
3. Panendria adalah karmawesana
yang terjadi akibat gerakan tangan
o
4. Upastendria adalah
karmawesana yang terjadi akibat kehidupan sex
o
5.Wakindria adalah karmawesana
yang terjadi akibat ucapan perkataan.
Upacara Mepaingkup ini sudah termasuk Dewa Yadnya,
karena setatus atma kini sudah sebagai Dewa Hyang, dimana atma sudah mendapat pengadilan
dari Hyang Wisesa atau Hyang Widhi Wasa,
karma wesana tidak ias dihilangkan, karma wesana yang buruk hanya bias
diimbangi dengan karmawesana yang baik,
Oleh karena itu atma yang masih mengandung karmawesana buruk ditakdirkan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa
untuk menjelma kembali agar dalam kehidupannya yang akan datang atman dapat
menimbun karmawesana yang baik, sehingga disuatu saat karmawesananya menjadi
baik dan ketika itulah atma dapat
bersatu dengan Brahman ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa ).
Atman yang masih dibungkus karmawesana itu distanakan
di Sanggah Pamerajan agar dapat disembah bhakti serta didoakan oleh Preti
Sentana. Makin banyak dan makin sering
mendapat sembah bhakti, maka atman akan menerima pahala kebaikan yang dapat
menimbun karmawesana yang baik.
Bila ada preti sentananya yang me Dwijati, maka sampai
tujuh tingkat keatas, atma atma akan memperoleh karmawesana yang baik.
Oleh karena upacara pengabenan ini lengkap disebut
upacara Pengabenan Nandang Mantri artinya : Nandang = laksana, manah = kayun,
Tri = tiga, Jadi tiga keinginan yang dilaksanakan sekali gus, yaitu : Pitra
Yadnya ( ngaben ), Atma Wedana ( nyekah ), dan Dewa Yadnya ( nyegara gunung dan
mepaingkup )
SUSUNAN ACARA UPACARA PENGABENAN BERSAMA
TANGGAL
|
JAM
|
ACARA
|
UPAKARA
|
19-Juni-2012
Sinta
Anggara, Wage
Kajeng
|
09.00 10.00
|
MEJAUMAN KE GERIA
NEGEM DEWASA / NANCEB
|
|
20-Juni-2012
Sinta,
Buda, Kliwon, Pasah
|
09.00
|
MAPIUNING DAN NUWUR TIRTA KE PURA-PURA
KAHYANGAN TIGA, MERAJAN, KAWITAN
|
|
21-Juni-2012
Sinta
Wraspati, Umanis
Beteng
|
08.00
09.00
10.00
|
NGAJANG BANTEN
NGULAPIN
MUNGKAH
|
|
22-Juni-2012
Sinta
Sukra, Paing
Kajeng
|
08.30
10.30
13.00
15.00
18.00
20.00
|
MESEH LAWANG
MELASPAS KAJANG TUMPANG SALU
MEBERSIH/NYIRAMANG
NGELELET
PEDEENGAN /
MANAH TOYA ( Tirtha Mumbul )
MEMENDAK LINA
METAPAK ( Oleh Ida Pandita )
MAPERAS ( Oleh Ida Pandita )
NARPANA ( Oleh Ida Pandita )
MANAH TIRTA ( Oleh Ida Pandita )
|
|
23-Juni-2012
Sinta
Saniscara, Pon
Pasah
|
09.30
23.00
23.30
23.30
|
TERIMA TAMU
NGREREH TOYA PENEMMBAK ( Oleh Ida Pandita
)
MABUMI SUDA ( Oleh Jero Gede )
MERAS MARGI ( Oleh Jero Gede
|
|
24-Juni-2012
Landep
Redite, Wage
Beteng
|
07.00
09.00
12.30
13.30
12.00
16.00
18.00
20.00
21.00
|
PEBASMIAN
MLASPAS WADAH, PETULANGAN, BALE GUMI,
( Dipimpin Oleh Jero Gede )
PENGUTANGAN KE SETRA
( Dipimpin Oleh Jero Gede )
MUPUT DI SETRA ( Oleh Ida Pandita )
NGANYUT ABU KE SEGARA
( Dipimpin Oleh Jero Gede )
MECARU DI PIYADNYAN
( Dipimpin Oleh Ida Pandita )
NGANGGET DON BAINGIN
( Dipimpin Oleh Ida Pandita )
MENDAK SEKAH
( Dipimpin Oleh Ida Pandita )
NARPANA SEKAH
( Dipimpin Oleh Ida Pandita )
NGESENG SEKAH
( Dipimpin Oleh Jero Gede )
NGANYUT SEKAH KE SEGARA
( Dipimpin Oleh Jero Gede )
|
|
25 –Juni-2012
Landep
Soma, Wage
Kajeng
|
07.00
|
PENGENENG
|
|
26 –Juni-2012
Landep
Anggara, Kliwon
Pasah
|
07.00
|
PENGENENG
|
|
27 –Juni-2012
LandepBuda, Umanis
Beteng
|
07.00
|
METATAH
MASAL
|
|
28 –Juni-2012
Landep, Wrespati,Paing, Kajeng
|
07.00
|
MEAJAR
– AJAR DI BLL
KE GERIA ( IDA PANDITA )
KE
KAHYANGAN TIGA
KE PURA – PURA PULAKI
KE PURA LAINNYA
KEMBALI KE PIYADNYAN
|
|
29 –Juni-2012
Landep, Sukra,Pon, Pasah
|
07.00
|
MEAJAR
– AJAR PENERUS
KE PURA – PURA
KE PURA KAWITAN LAN PURA CATUR PRAHYANGAN
KEMBALI MAINGKUP DI PIYADNYAN
|
|
30 –Juni-2012
Tumpek Landep, Saniscara,Wage, Beteng
|
MESIDHA KARYA
KEMBALI KE DADYA SOWANG - SOWANG
|
SEKRETARIS
KETUA PANITIA
[
]
[
]
PENANGGUNG JAWAB / PEMUPUT
[ IDA BHAGAWAN NABE YOGA WISWA ]
UPA RENGGA / PIRANTI
|
||
I. NANCEB
BANGSAL
|
||
1. Sanggar Surya
|
1
|
Panitia
|
2. Sanggar cucuk
|
6
|
Panitia
|
II. MAPIUNING DI PURA DALEM, MUNGKAH
|
||
1. Sekah Jemek dengan kekasang , setiap sawa
|
1
|
Panitia
|
2. Jinah Satakan berisi benang , setiap sawa
|
1
|
Peserta
|
3. Pengawak kayu cendana, setiap sawa
|
1
|
Panitia
|
4. Sanggar Surya
|
1
|
Panitia
|
5. Sanggar Cucuk, Setiap Sawa
|
1
|
Panitia
|
6. Panak Biyu, setiap sawa
|
1
|
Peserta
|
7. Pitik , setiap sawa
|
1
|
Peserta
|
8. Papah Nyuh Gading
|
1
|
Peserta
|
III. MESEH LAWANG
|
||
1. Sanggar Surya
|
1
|
Panitia
|
2. Sanggar Cucuk
|
3
|
Panitia
|
3. Carang dap dap
|
3
|
Panitia
|
4. Kelabang
|
2
|
Panitia
|
5. Benang Bali putih 3 meter berisi jinah
satakan
|
1
|
Panitia
|
IV. MEBERSIH DAN MENEK TUMPANG SALU
|
||
1. Pepaga dengan kaki carang dadap
|
1
|
Panitia
|
2. Tikar untuk nyiramang layon
|
1
|
Panitia
|
3. Leluwur
|
1
|
Panitia
|
4. Eteh - eteh Paresikan, pengangge, base
jeriji, kwangen
|
1
|
Panitia
|
5. Eteh eteh pengelelet; tikar, kain, lante,
don biyu kaikik
|
1
|
Panitia
|
6. Daun asam untuk mencuci tangan setelah
nyiramang layon
|
1
|
Panitia
|
7. Tumpang salu
|
1
|
Panitia
|
8. Palengkungan
|
1
|
Panitia
|
9. Kereb Sinom
|
1
|
Peserta
|
10. Kajang
Agung
|
1
|
Peserta
|
11. Kajan Alit
|
1
|
Peserta
|
12. Damar
kurung 2, sumbu 2, procot 2, pasepan 2
|
1
|
Panitia
|
13. Kekenjer
1, pasang lanang istri
|
1
|
Panitia
|
14. Ketungan
elu dan sekeha ngoncang
|
Panitia
|
|
15. Kwangen
untuk nyumbah
|
1
|
Panitia
|
V. MANAH TOYA
|
||
1. Tiga Sampir ; pelangkiran , sangku, panah
|
1
|
Panitia
|
2. Guling bebangkit kecil 1 ekor
|
1
|
Panitia
|
VI. MAMENDAK, MAPETIK, MERAJAH, METAPAK, MEPERAS,
|
||
NGASKARA, NARPANA, MANAH TIRTA, MABUMI SUDHA MERAS
MARGI
|
||
1. Eteh eteh mepetik dan merajah
|
1
|
Peserta
|
2. Padma anelayang
|
1
|
Peserta
|
3. Perahu perahuan, paso, air segara -
sudamala
|
1
|
Panitia
|
4. Pembaca putru saji tarpana
|
2
|
Panitia
|
5. Kwengen untuk maperas dan nyumbah
|
1
|
Peserta
|
6. Panah
|
1
|
Panitia
|
7. Sekar ura
|
1
|
Panitia
|
8. Carang dapdap 4
|
1
|
Panitia
|
9. Tepung
beras 0,25 Kg
|
1
|
Panitia
|
10. Benang sepat 10 m
|
1
|
Panitia
|
11. Kekecer
|
1
|
Panitia
|
12. Rajahan
Angkara
|
1
|
Panitia
|
13. Penuntunan ; caluk, belakas sudamala (
bonceng )
|
1
|
Panitia
|
14. Bebek hidup putih 1 ekor dan ayam hidup
putih 1 ekor/pesolsolan
|
1
|
Panitia
|
15. Pisang jati, Angenan, Peguruyagan,Panjang
ilang,nasi angkeb
|
1
|
Panitia
|
VII. PENGUTANGAN
|
||
1. Baris Gede
|
1
|
Panitia
|
2. Guling bebangkit dan penarinya
|
1
|
Panitia
|
3. Wadah / jempana dan petulangan
|
1
|
Panitia
|
4. Ulap ulap wadah
|
1
|
Panitia
|
5. Korek sukla
|
1
|
Peserta
|
6. Sepit, cubek, tebu cemeng, sidu ental,
kuskusan, pane
|
1
|
Peserta
|
7. Don byu kaikik untuk ngereka abu
|
1
|
Peserta
|
8. Kwangen Pangerekaan lengkap
|
1
|
Peserta
|
9. Eteh eteh ngerapuh dan ngelungah
|
1
|
Peserta
|
10. Kelungah
nyuh gading sesuai jumlah sawa
|
1
|
Peserta
|
11.
Lelincir menurut jumlah sawa
|
1
|
Peserta
|
1
|
||
VIII. NGULAPIN DI SEGARA
|
1
|
|
1. Rantasan baru menurut jumlah sawa ditambah
sangge 2/ dadya
|
1
|
Peserta
|
2. Benang jinah satakan menurut jumlah sawa
ditambah sangge
|
1
|
Peserta
|
IX. MECARU MANCA
SATA
|
||
1. Sanggar cucuk 5, sengkwi 5, kepwakan,
tulud, sampat, tetimpug
|
1
|
Panitia
|
2, Eteh eteh pecaruan lengkap,
tepung,kober,ngiu,siut,sepit,pane
|
1
|
Panitia
|
X. NYEKAH
|
||
1.
Don baingin
|
1
|
Panitia
|
2. Sekah kurung, tetopong
|
1
|
Panitia
|
3. Eteh eteh mapetik, merajah
|
1
|
Peserta
|
4. Padma angelayan
|
1
|
Peserta
|
5. Pembaca Putru Saji
|
2
|
Panitia
|
6. Wayang
|
1
|
Panitia
|
7. Cubek, tebu cemeng, sepit,ilih, sidu
ental,klungah nyuh gading
|
1
|
Peserta
|
X. MAPAINGKUP
|
||
1. Coblong
|
1
|
Panitia
|
2. Air, berem, arak, klungah nyuh gading
1buah
|
1
|
Panitia
|
3. Daksina paingkupan 2
|
2
|
Panitia
|
4. Daksina Lingga 2
|
2
|
Panitia
|
5, Peras
|
2
|
Panitia
|
XI. MASIDHA
KARYA
|
||
TOTAL UPA RENGGA / PIRANTI
|
RENCANA
ANGGARAN BIAYA PENGABAENAN
|
||
I. MEJAUMAN KE
GERIYA
|
||
II. NEGEM
DEWASA
|
||
a.
CARU ALANING DEWASA
|
||
b.
NANCEB :
|
||
III. MAPIUNING ( Kahyangan Tiga dan yang dianggap pelu) 5
Pura
|
||
IV. NGULAPIN DI PURA DALEM ( sawa )
|
||
Piranti ( Kampuh / Adegan )
|
||
V. MAMUNGKAH
DI SETRA ( setra )
|
||
Diatas gumuk lan sanggah cucuk /
sawa
|
||
VI. MESEH
LAWANG ( sawa )
|
||
Aturan
pada sawa setelah melinggih di piyadnyan /
sawa
|
||
VII. MLASPAS
PIRANTI - PIRANTI
|
||
Kajang agung, kajang alit,
wukur,lanti, pengaput
|
||
VIII. MABERSIH
|
||
a. Upakara Munggah Di Sanggah
Kemulan / soroh
|
||
b. Upakara Munggah Di Sanggar Surya
|
||
c. Upakara Disamping Jenasah / soroh
|
||
d. Eteh – eteh Pabersihan / sawa
|
||
e. Upakara Pepegatan / soroh
|
||
IX. MEDEENG /
MANAH TIRTHA
|
||
X. PANDITA
NGARGA TIRTHA / Pemuput
|
||
a. Banten Palinggihan
Pandita :
|
||
b. Mapiuning Ring Sanggar Surya
|
||
c Mapiuning Ring Lebuh ( sama dengan banten di
Surya )
|
||
d. Banten Pakideh
|
||
XI. MAPETIK / METAPAK ( / sawa )
|
||
XII. MAPERAS ( / soroh )
|
||
XIII. NARPANA
|
||
a. Ring Sanggar Surya
|
||
b. Banten Munggah di Lebuh
|
||
c. Pengawak
dan bekel sawa ( / sawa )
|
||
1. Pisan jati, Angenan , Peguruyagan
|
||
2. Panjang ilang , diuskamaligi, nasi angkeb
|
||
d. Di Bale Sawa :
e. Upakara Pepegatan / soroh
|
||
XIV. MANAH
TIRTHA
|
||
XV. MABUMI SUDHA
|
||
XVI. NGEBET
TULANG
|
||
XVII. MLASPAS
WADAH
|
||
XVIII. MLASPAS
PETULANGAN DAN BALE GUMI
|
||
XX. TEDUN SAWA
DI SETRA
|
||
XX I. NGEREKA ABU SAWA
|
||
XX II.
PAKIRIMAN
|
||
XX III. PENGANYUTAN DI SEGARA
|
||
XX IV.
NGULAPIN DI SEGARA
|
||
XX V. MECARU
DIRUMAH ( NGEREBOIN )
|
||
TOTAL
SAMPAI PENGABENAN :
|
||
XX VI.
PERSIAPAN NYEKAH
|
||
XX VII.
MEPANDES
|
||
XX VIII.
NGANGGET DON BINGIN
|
||
XX IX. MLASPAS
DAN NGAJUM SEKAH
|
||
XXX. DADUDONAN UPAKARA PENYEKAHAN
|
||
a) Sorohan Banten Pengresikan / Padudusan
|
||
b) Sorohan Banten Munggah Ring Sanggar Tawang
|
||
c) Sorohan Banten Ring Sor
Sanggar Tawang
|
||
d) Upakara Ring Damar Kurung / di Lebuh
|
||
e) Upakara Ring Payadnyan ( Arepan Sekah )
|
||
f) Upakara Mendak Bethara Lingga / Mapurwa
|
||
g) Upakara Arepan Sulinggih
|
||
h) Upakara Arepan Sang Mamutru
|
||
i) Upakara Ngaliwet / Mekarya Bubur
|
||
j) Upakara Pangilen - ilen ( Manut Desa Mawacara )
|
||
k) Piranti - piranti Ngeseng (Sekah / Sekah )
|
||
XXX I. DADUDONAN UPAKARA NGANYUT ABU SEKAH
|
||
a) Sorohan Banten Penganyutan
|
||
b) Banten Mendak Nuntun di Segara
|
||
c) Ayaban Pandita sama dengan yang diatas
|
||
XXX II. DADUDONAN UPAKARA NYEGARA GUNUNG
|
||
a) Panten Pangresikan
|
||
b) Banten Ringa Sanggar Surya
|
||
c) Banten Sor Surya
|
||
d) Banten Pecaruan
|
||
e) Banten Pamitegep
|
||
f) Upakara Arepan Sulinggih
|
||
XXX III. DADUDONAN UPAKARA MAPAINGKUP
|
||
a) Banten Pangresikan
|
||
b) Banten Ring Sanggar Surya
|
||
c) Banten Caru Tapakan ( Maka Tapakan Sang Dewa Pitara )
|
||
d) Banten Ring Arepan Sang Dewa Pitara / soroh
|
||
e) Banten Munggang Ring Kamulan ( Rong Tiga)
|
||
f) Banten Ayaban / Pamereman
|
||
b) Banten Arepan Sang Muput ( Sulinggih )
|
||
XXX IV. DADUDONAN UPAKARA SIDDHAN KARYA
|
||
XXXV. DADUDONAN UPAKARA ME AJAR – AJAR
|
||
DITAMBAH
NGERAPUH JML SAWA
|
||
DITAMBAH
NGELUNGAH JML SAWA
|
||
DITAMBAH
PENGAWAK LAN BEKEL JML SAWA
|
||
T O T A L
|
||
DITAMBAH METATAH MASAL JML PESERTA
|
||
TOTAL KESELURUHAN :
|
SEKRETARIS
KETUA PANITIA
[ ]
[
]
PENANGGUNG JAWAB / PEMUPUT
[ IDA BHAGAWAN NABE YOGA WISWA ]